GORONTALO (RAGORO) – Banyak kalangan menilai kalau Musyawarah Rakyat (Musra) yang digelar oleh Relawan Jokowi adalah kegiatan yang mubazir, karena hasil dari Musra itu tidak memberikan sesuatu yang sangat berarti.
Sejumlah tokoh di Gorontalo menilai hasil Musra tersebut sama sekali tidak mewakili pandangan, pendapat dan keinginan rakyat Gorontalo untuk Calon Presiden.
Lalu apa pendapat Erwin Ismail soal Musra di Gorontalo itu? Ketua DPD Demokrat Provinsi Gorontalo itu menegaskan kalau Musra itu sudah pasti tidak mewakili keinginan rakyat Gorontalo. Namun begitu kata Aleg Deprov ini, dia sangat menghormati semua orang yamg hadir dalam acara itu, termasuk dengan semua keputusan mereka, apalagi untuk pesta demokrasi harus dirayakan bersama.
Ditanya siapa Capres yang paling banyak disebut dalam Musra tersebut? Erwin mengaku tidak tahu apa saja keputusan dan siapa saja Capres yang paling banyak diaspirasikan.
“saya juga diundang tapi berhalangan hadir karena ada kesibukan lain,” katanya. Ariston Tilameo juga mengatakan hal yang sama. Menurut mantan Ketua DPC PDIP Kota Gorontalo ini, Musra itu digelar untuk relawan Jokowi.
“jadi kalau dikatakan hasil Musra itu tidak mewakili keputusan rakyat banyak, itu benar, karena Musra itu untuk kalangan relawan Jokowi,” kata Aleg Dekot ini.
Sementara itu, Ketua DPW PKS Gorontalo, Adnan Entengo mengatakan, kalau bicara perwakilan rakyat menurut UU, maka yang sah adalah DPRD Kabupaten, Kota, Provinsi dan DPR RI.
“jadi baru bisa disebut suara rakyat kalau lewat DPR, itu sesui UU,” kilahnya sembari tertawa kecil. Namun dalam konteks demokrasi, apa yang dilakukan relawan Jokowi dengan kegiatan Musra, itu sah-sah saja, karena itu merupakan dinamika. (LaAwal-46)
