KAMPUS (RG.COM) – Profesor akal sehat, Rocky Gerung hadir sebagai narasumber tunggal pada seminar nasional (semnas) yang diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Gorontalo (FH Unigo) di Gedung UGCC, Senin (3/7) kemarin.
Seribuan pasang mata yang hadir pada Semnas itu dibuat kagum dan terkesima oleh tingkah kritis yang ditunjukkan Rocky Gerung.
Terhadap Presidential Threshold yang menjadi tema pokok dalam Semnas tersebut, Rocky menyebut, sudah berulang kali digugat di Mahkamah Konstitusi (MK) tetapi selalu ditolak.
Menurutnya, MK telah menutup hak rakyat untuk berbicara. Padahal, para penggugat hanya ingin diberikan kesempatan menyampaikan pikiran melalui gugatan PT 20 persen.
“Katanya Anda nggak punya hak anda nggak punya legal standing’. Loh, saya mau memilih, saya mau mencalonkan menjadi calon presiden. Anda dapat 20 persen atau enggak? Jadi nggak boleh, kalau saya nggak punya partai,” celetuk Rocky.
Ia menyampaikan, MK kekinian telah buta terhadap filosofinya sendiri. Padahal, kata dia, MK telah diberikan diskresi moral untuk memantau potensi penyalahgunaan kekuasaan, lewat judicial activism.
“Judicial review hak rakyat untuk minta review, judicial activism hak Mahkamah Konstitusi untuk menguping problem-problem yang membahayakan Konstitusi,” jelasnya.
Untuk itu, pria kelahiran Manado ini menilai MK telah keliru lantaran dianggap tak paham dengan filosofi dari konstitusi.
Ia justru berani berdebat dengan para hakim MK terkait hal tersebut.
“Jadi itu kedunguan dari MK, Mahkamah Kedunguan. Saya mau mendalilkan itu saya mau bertengkar semua hakim yang ada di situ. Buka forum kita debat habis-habisan Ini sebetulnya kritik saya yang selalu saya dasarkan pada argumen,” katanya.
Menurutnya, presidential threshold atau ambang batas pencapresan 20 persen hanyalah peternakan oligarki.
Ambang batas 20 persen dinilai membuat partai politik seolah kerja bagai demokrasi, tapi terkungkung.
Ia pun menilai, Threshold yang benar adalah etika, intelektualitas baru elektabilitas.
“Itu yang harusnya dinilai, etika apakah calon tersebut punya cacat hukum dan sebagainya. Kemudian intelektualitas, cara berpikirnya terhadap berbagai isu nasional dan global, baru setelah itu elektabilitas,” terangnya.
Rektor UG, Dr. Sofyan Abdullah, SP, MP mengaku berterima kasih atas kehadiran Rocky Gerung di Universitas Gorontalo.
Ia menyebut, kehadiran Rocky Gerung diharapkan dapat menambah khazanah berpikir semua peserta, terlebih kaum akademisi di Gorontalo, khususnya Universitas Gorontalo.
Ia kemudian berterima kasih kepada Fakultas Hukum yang telah mempersiapkan terselenggaranya seminar tersebut.
Sementara didaulat membuka Semnas, Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Duluwo Limo Lo Pohala’a (YPDLP) Gorontalo, Dr. H. Rustam Hs Akili, SE, SH, MH.
Ia mengapresiasi sikap kritis yang ditunjukkan Rocky Gerung. Bahkan, Rocky dinilainya tampil sederhana dan tak banyak maunya.
“Kami tidak dibuat sibuk, beliau justru ingin apa adanya, sederhana. Kalau yang lain pasti ribet,” ujar Rustam. (RG-56)