Headlines

Gorontalo Bisa Belajar ke Bank Maluku-Malut

917
×

Gorontalo Bisa Belajar ke Bank Maluku-Malut

Sebarkan artikel ini

Oleh : Tauhid Arif

GORONTALO (RGNEWS.COM) RUPS Bank Sulutgo menimbulkan kekecewaan bagi Gorontalo sebagai pesaham. Akankah dengan kejadian ini akan berdiri Bank Gorontalo ?

Berikut tulisan ringkas dari wartawan senior Tauhid Arif membandingkan Bank Sulutgo dengan Bank Maluku-Malut.

Bila Sulut dan Gorontalo punya BPD yang namanya Bank Sulutgo, maka Maluku dan Maluku Utara memiliki BPD bernama Bank Maluku-Malut.

Baik BSG maupun Bank Maluku-Malut sama sama telah melaksanakan kewajiban rutin tahunannya, Rapat Umum pemegang Saham (RUPS).

RUPS Bank Maluku dilaksanakan 20 Maret lalu di Ternate, sedangkan RUPS BSG berlangsung di Manado 9 April kemarin.

Membandingkan kedua bank BPD ini memang tidak sepadan bila dilihat dari aset dan pengelolaan dana.

Bank Maluku relatif lebih kecil. Asetnya hanya  Rp8,85 triliun dengan penyaluran kredit Rp5,51 triliun dan DPK (Dana Pihak Ketiga)   Rp5,87 triliun.

Angka angka ini jauh di bawah BSG yang sudah di atas dua digit.  Aset yang dimiliki BSG bernilai Rp 21,5 triliun. Mengelola DPK  Rp15,045 triliun, dan  menyalurkan kredit Rp16,13 triliun.

BSG jauh di atas, atau bisa dikatakan 3 kali lebih besar dari Bank Maluku.

Namun begitu, walaupun relatif kecil, Bank Maluku  di tahun 2024 memperlihatkan kinerja keuangan dengan pertumbuhan laba 15,55 persen. Dari Rp128 miliar lebih menjadi Rp148,05 miliar

Laba BSG sendiri bertumbuh minus. Dari Rp250 miliar lebih (2023) merosot  jadi Rp224 miliar lebih.

Melihat sepintas gambaran di atas, Bank Maluku-Malut dengan base kecil mampu meraup laba besar.

Dari indikator keuangan  rasio beban operasional terhadap pendapatan  operasional (BOPO), Bank Maluku memperlihatkan kesehatan keuangan yang lebih fit.

Bopo Bank Sulut di tahun 2024 berada pada persentase 85,24 persen, sementara Bank Maluku di kisaran 77,41 persen.

Tahun sebelumnya (2023) bopo BSG di level 81, 65 persen, dan Bank Maluku 81,25 persen.

Ini menggambarkan terjadi inefisiensi di Bank BSG  hampir 4 persen, sebaliknya Bank Maluku justru mampu menerapkan efisiensi hampir 4 persen.

Makin tinggi persentase BOPO pada suatu badan usaha, sama artinya laba tertekan akibat tidak efisien.

Tida efisiennya BSG bisa dilihat dari pengeluaran beban bunga yang naik 6,54 persen dari 830,18 miliar (2023) membengkak menjadi 1,28 triliun. Begitu juga dengan beban tenaga kerja yang naik 11,25 persen menjadi Rp547,77 miliar.

Akibat pembengkakan di dua pos ini, laba BSG menyusut 10 persen lebih atau bertumbuh minus dibanding tahun sebelumnya.

Berbeda dengan yang tergambar dalam laporan keuangan Bank Maluku yang mampu menekan beban bunga signifikan sebesar 11,94 persen dibanding tahun 2023.

Diharapkan dengan adanya formasi komisaris baru, ada gebrakan baru yang dilakukan direksi.

Setidaknya para komisaris mampu melihat, membaca dan menelaah setiap langkah dan kebijakan direksi ke jalan yang lebih benar.

Jalan yang diharapkan para pemegang saham, sebagaimana target target yang disuarakan pemegang saham pengendali, Gubernur Yulius Selvanus ****

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *