Jelang senja lapak lapak berjejer di jalan Tondano Kota Gorontalo mulai ramai. Bahkan ba’da isha lebih ramai lagi, karena ada live music. Tapi ditelisik lebih jauh, lapak lapak dan Krue dan penyanyi live music,adalah para penyandang disabilitas.
- Laporan : Sahril Rasid
Kedai Tuli. Tertulis jelas di spanduk yang membentang di emperan trotoar di Jalan Tondano Kota Gorontalo. Dibelakang spanduk berjejer kedai yang menawarkan berbagai jajanan.
Jika siang hari memang trotoar ini lengang. Tapi jelang sore hari sekitar pukul 16.00 wita sejumlah aktivitas jualan sudah terlihat.
Ini membuat suasana jalan Tondano, di kota Gorontalo begitu hidup, sekalipun berdiri lapak lapak tapi semuanya tertata rapih dan bersih.
Jika sekedar ngopi dan jajanan ringan, santai jelang sore hingga malam hari terasa mengasyikan di lokasi ini.
Penataan trotoar yang cukup lebar dan tempat duduk menjadikan jalan Tondano menjadi tempat untuk nongrong sambil menikmati jajanan disore dan malam hari.
Tapi siapa sangka kalau pemilik lapak ini seratus persenya adalah penyandang disabilitas.
“ Sehingga itu kami beri nama lokasi ini adalah Kedai Tuli (Tuna Rungu) tidak bisa mendengar dan tidak biasa bicara,” Kata Raden Sahi ketua yayasan Putra Mandiri yang mewadahi para penyandang disabilitas ini.
Raden Sahi memang sosok yang menggagas memberdayakan para penyandang disabilitas ini bekerja sama dengan Dinas Sosial Kota Gorontalo.
Kata Raden Sahi, awalnya mereka para penyandang disabilitas ini terpencar berusaha masing masing. Padahal mereka ini sudah diberi pelatihan dan pembengkalan oleh dinas social setiap tahunnya.
Tapi tidak ada wadah bagi mereka untuk berekspresi. “ Berkumpul, berbicara sesame mereka, dan saling bersilaturrahmi,” kata Raden Sahi.
Padahal para penyandang disabilitas ini mereka juga seperti manusia normal butuh bersosialisasi diri sesame penyandang disabilitas.
“ Aktivitas kedai ini dimulai sejak sore. hingga malam, selain kedai yang menyediakan coffe dan makanan ini malamnya ada live music,’ kata Raden Sahi.
Dan biasanya hampir setiap malam kedai ini ramai, dengan berkumpulnya sesame penyandang disabilitas.
“ Mungkin jika baru pertama mampir dikedai Tuli, agak terasa beda karena sesama mereka ngobrol dengan Bahasa isyarat dengan suara tak jelas. Tapi setidaknya ini membuat suasana seru,’ kata Raden lagi.
Dikatakannya bagi orang yang normal mampi ke sini tidak ada masalah soal komunikasi. Disini nongrong juga sejumlah guru atau mereka yang bisa memahami Bahasa isyarat.
mereka sering menfasilitasi komunikasi terkait dengan pesanan dan pembayaran.