GORONTALO (RAGORO) – Gorontalo hanya butuh 5 persen saja perhatian dari Pandawa 5 Gorontalo yakni Suharso Monoarfa, Sandiaga Uno, Zainudin Amali, Fadel Muhammad dan Rachmat Gobel.
“kita ini punya 3 menteri 1 Wakil Ketua DPR RI dan 1 Wakil Ketua MPR RI, luar biasa kan, ini bonus demografi namanya,” kata Deklarator Provinsi Gorontalo yang juga Pembina Presnas Gorontalo, Nelson Pomalingo pada acara fokus grup diskusi kedua yang berlangsung Sabtu kemarin.
Setelah 20 tahun menjadi Provinsi, apakah sudah ada kemajuan yang dicapai Provinsi Gorontalo? kalau belum itu yang harus diperbaiki, tetapi kalau sudah ada kemajuan, maka itu harus ditingkatkan untuk menuju Gorontalo emas.
Fokus diskusi yang mulai digelar pada pekan kemarin merupakan bagian penting dari Silatnas III yang tak main-main untuk menyumbangkan pikiran-pikiran pada para pemimpin Gorontalo sebagai jalan menuju Gorontalo emas, mulai jangka pendek sampai jangka panjang.
Tidak main-main semua pembicara adalah para pakar di bidangnya karena itu apa yang dihasilkan pada diskusi-diskusi itu adalah lentera untuk menerangi jalan menuju 50 tahun Gorontalo.
Menakar Gorontalo 2045 sudah mulai diwujudkan dalam berbagai bidang. Jika minggu kemarin The Presnas Center merancang Gorontalo menjadi pusat layanan jasa kesehatan, kini The presnas Center bicara soal Pendidikan.
Dewan Pembina The Presnas Center, Nelson Pomalingo mengatakan, The Presnas Center melaksanakan Silatnas III dengan tema melihat dan menakar Gorontalo 2045.
Hal tersebut dilakukan pula untuk mengevaluasi 20 tahun momentum Gorontalo menjadi Provinsi, kemudian juga melihat momentum ke depan, dimana Indonesia berumur 100 tahun dan Gorontalo 50 tahun.
Dari Silatnas III, banyak curah pendapat, semua orang berfikir, dari pemuda sampai orang dewasa dari dalam daerah maupun luar daerah, sehingga belum terekam dengan benar dan belum fokus sesuai dengan apa yang diharapkan.
Oleh karena itu, mulai minggu lalu mulai diramu kurang lebih 13 sektor yang harus dirumuskan, mulai dari Kesehatan, Pendidikan, Infrastruktur, Kebudayaan, Hukum, Pemekaran dan seterusnya, sehingga cita-cita masyarakat Gorontalo terwujud.
“kita buat road map ini jangka pendek dalam kurun 3 tahun, jangka menengah 10 tahun dari 2025-2035 dan jangka panjang 2035-2045, masa depan ini harus digambarkan bersama, termasuk membangun dunia pendidikan,” ujar Nelson.
Mantan rektor dua perguruan tinggi, UNG dan UMGO ini berharap ada rumusan pendidikan masa depan, apalagi kalau dilihat secara historis, Gorontalo ini pusat pendidikan sejak dulu sampai sekarang dan menjadi kiblat pendidikan, termasuk LLDIKTI sudah berada di Gorontalo.
“ini capaian yang luar biasa, sebagai Provinsi baru, Gorontalo lebih cepat dalam membangun pendidikan, khususnya peningkatan perguruan tinggi,” tambahnya.
Sebelum terbentuk, Provinsi Gorontalo tidak punya Universitas, tapi sekarang ini kurang lebih 19 perguruan tinggi di Gorontalo, diantaranya UNG, UNU, UMGO, UBM, Unisan, dan lainnya.
Demikian pula dilihat dari SDM, kalau tidak salah, saat ini sudah ada ratusan doktor di Gorontalo. Dulu waktu Nelson jadi Rektor UNG, jumlah doktor baru 5 orang, sekarang peningkatannya luar biasa.
“kita berharap dan kita patok tahun 2045 nanti, Gorontalo sudah menjadi Kiblat Pendidikan dan itu tugas bersama untuk mewujudkannya,” tutur Nelson.
Sementara itu, hadir pada kegiatan itu, Ketua LLDIKTI Wilayah XVI Sulutenggo, Prof. Mahludin Baruadi, kemudian Prof. Ikhwan Haris mewakili Rektor UNG, Kabid SMA Dikbud Gorontalo, Roni Mamu, dan Kepala LPMP Gorontalo, Amin N. Nusi. (awal-46)