- Editor : Sahri; Rasid
- Penulis : Sri Fatmawar Dama
GORONTALO (RG.COM) – Jelang Natal dan tahun Baru (Nataru), pengendalian inflasi menjadi perhatian utama pemerintah se Provinsi Gorontalo.
Kurang lebih ada empat strategi pengendalian inflasi, yang meniadi pembahasan
Pertama, mengintensifkan pemantauan pangan bergejolak, seperti beras, cabai, tomat melalui Early Warning System seiring dengan meningkatnya permintaan sesuai dengan pola historis/musiman.
Kedua, mendorong ketersediaan barang pokok melalui Gelar Pangan Murah (GPM) lebih intensif jelang HBKN Nataru.
Ketiga, menjaga ekspektasi masyarakat untuk tidak melakukan konsumsi secara berlebihan atau Belanja Bijak.
Keempat, memanfaatkan peran Bulog untuk membantu pengendalian harga terutama beras dan minyak kelapa dan disiapkan 4 ton daging sapi untuk wilayah tertentu jelang HBKN Nataru.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Dian Nugraha menyampaikan, HLM TPID ini diselenggarakan sebagai wadah koordinasi para pemangku kepentingan dan instansi terkait untuk bersinergi dalam menyusun strategi upaya pengendalian inflasi dan ketersediaan pangan.
Khususnya mengantisipasi risiko tekanan inflasi jelang Hari Besar Keagamaan (HBKN) Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Senada dengan itu, Penjabat Gubernur Gorontalo, Ismail Pakaya menekankan bahwa kehadiran dalam HLM menjadi bukti keseriusan untuk menanggulangi inflasi di Provinsi Gorontalo.
Dimana, Gorontalo menjadi daerah yang paling besar inflasinya. Apalagi berdasarkan pertemuan Bersama Mendagri yang dilakukan secara daring belum lama ini,
Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo merupakan daerah yang memiliki IPH tertinggi saat ini.
Disamping itu, rata-rata harga cabai rawit di Sulawesi adalah Rp100.000, namun harga cabai rawit di Gorontalo berada di angka Rp140.000.
Penyampaian ini juga sejalan dengan pemaparan Kepala BPS, terkait tren komoditas yang mengalami inflasi jelang natal dan tahun baru.
Ismail menyampaikan dugaan bahwa naiknya harga cabai di Gorontalo dikarenakan adanya kesepakatan antara pedagang di Sulawesi Utara dan Gorontalo.
dimana adanya permainan harga untuk membeli cabai dari petani, sehingga menyebabkan harganya rusak dan tidak menguntungkan pengepul.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Dian Nugraha menambahkan, tingginya angka inflasi di bulan Desember 2023 diperkirakan akan dipengaruhi oleh komoditas ayam pedaging, tomat, beras, bawang merah dan cabai rawit, karena peningkatan permintaan.
Hal itu ditanggapi Penjagub Gorontalo, Ismail Pakaya dengan berfokus pada sinergi antar pemerintah daerah, instansi vertikal, dan seluruh komponen untuk pengendalian inflasi di Provinsi Gorontalo.
“dengan adanya pertemuan ini diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi dan sinergi dalam setiap program dan kebijakan Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia, khususnya inflasi di Provinsi Gorontalo tidak naik lagi di penghujung tahun 2023,” tutur Penjagub Gorontalo, Ismail Pakaya*****