GORUT (RAGORO) – Tak bisa dipungkiri, kondisi wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang memanjang dari timur – barat, dengan beberapa wilayah berbukit, membuat aktivitas pertanian di daerah itu terpaksa memanfaatkan lahan tersebut untuk bercocok tanam.
Karena memang, rata-rata masyarakat di daerah ini bermata pencaharian sebagai petani.
Dengan demikian, walaupun kondisi lahan berbukit, tetap dimanfaatkan untuk menanam tanaman pokok dan unggulan daerah, seperti halnya Jagung.
Aktivitas menanam di lahan berbukit dengan kemiringan di atas 15 derajat hampir di sebagian besar wilayah di daerah terbungsu di Provinsi Gorontalo itu.
Memang sudah sempat ada imbauan terkait larangan berkebun di wilayah berbukit atau lereng gunung, karena bisa mengancam keselamatan petani dan dampak bencana, seperti tanah longsor dan banjir.
Namun, kondisi yang ada, bahwasanya pola pikir masyarakat yang dapat dikatakan secara ilmu pengetahuan tidak mampu memahami dengan saksama, sehingga perlu upaya lain yang dilakukan.
Nah, dengan kondisi itu, kini Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara (Pemkab Gorut) melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) tengah berupaya mendorong aktivitas pertanian di wilayah berbukit di daerah itu dengan konsep Agroforestri.
Sebagaimana disampaikan Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas TPHP Gorut, Novicawati Sujito saat ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini.
Ia menjelaskan, konsep agroforestri di lahan pertanian yang berada di wilayah berbukit dilakukan guna meminimalisir terjadinya erosi.
“Saya sudah ditugaskan pak Bupati, untuk membuat semacam demplot sebagai lahan percontohan bagi petani bagaimana cara membuat agroforestri,” ungkap Novi sapaan akrab Novicawati.
Selain untuk meminimalisir terjadinya erosi, lanjut Novi, hal tersebut juga dilakukan demi menjaga produktivitas masyarakat pertanian, yang masih menggunakan lahan miring atau berbukit untuk aktivitas pertanian, khususnya jagung.
“Lahan kemiringan sebenarnya tidak efektif untuk dijadikan lahan bercocok tanam, karena berpotensi terjadinya erosi. Sehingganya salah satunya, Bupati juga berupaya untuk bagaimana membuat demplot agroforestri, agar supaya petani tetap bisa menanam tetapi ada penguat teras,” terang Novi.
Konsep bercocok tanam agroforestri dengan model terasering nantinya sebagai percontohan pihak Dinas Tanaman Pangan memilih di wilayah Kecamatan Kwandang.
“Sebelum lokasi percontohan kita sodorkan kepada Pak Bupati, kita masih akan terlebih dahulu menyelesaikan rancangan konsep pembuatan demplot agroforestri,” tandasnya.(RG-56)