GORONTALO (RAGORO) – Sebanyak 29 warga Gorontalo dinyatakan positif terjangkit Covid-19 varian Delta. Ini setelah Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menerima hasil Litbangkes yang menyatakan 29 sampel yang dikirim ke laboratorium positif varian virus delta.
“hasil dari Litbangkes dari 29 sampel yang kami kirimkan, ternyata semua teridentifikasi varian delta, dimana varian ini lebih cepat penyebarannya dan lebih berat dibanding jenis virus corona sebelumnya,” ujar Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Reyke Uloli, SKM., M.Kes, Rabu (27/10) kemarin.
Informasi lainnya, setelah sempat menurun drastis, beberapa hari ini kembali terjadi peningkatan pasien Covid-19 terus saja meningkat, bahkan Selasa (26/10/2021) penderita Covid-19 yang dirawat di rumah sakit naik cepat.
“sudah 21 warga positif Covid-19, padahal tiga hari sebelumnya hanya 9 kasus, ini karena masyarakat mulai lengah, setelah ada pelonggaran dari pemerintah,” ujar Reyke Uloli kepada Harian Rakyat Gorontalo.
Disisi lain, belum ada daerah di Provinsi Gorontalo yang mencapai 75 persen vaksinasi. Padahal sesuai dengan standar health Immunity itu harus 75 persen, sekarang ini baru Kota Gorontalo yang mencapai angka vaksin mencapai 62 sekian persen, Boalemo, Pohuwato sudah mencapai 50 persen.
Daerah lainnya, seperti Kabupaten Gorontalo, Gorontalo Utara, Bone Bolango dibawah 50 persen, bahkan ada yang baru 20 persen. “itu untuk dosis vaksin pertama, sedangkan dosis vaksin kedua masih sangat rendah, pdahal dosis vaksin tahap dua merupakan penambahan dosis kekebalan,” tambahnya.
Sejauh ini, ada 43 warga yang dirawat di rumah sakit, termasuk yang terkena virus delta. Dinas Kesehatan dan lembaga lainnya terus bekerja keras mensosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan, tapi terpenting adalah masyarakat untuk mematuhi Protkes seperti cuci tangan dan sebisa mungkin menghindari kerumunan.
Selain itu, warga juga diminta kesadarannya untuk melakukan vaksinasi. “vaksinasi sangat membantu menciptakan kekebalan terhadap virus Corona, karena jika hanya mengharapkan tenaga medis tentunya tidak akan berhasil, sehingga harus melibatkan lembaga lain seperti kepolisian dan TNI. (riel/rg)











