GORONTALO (RAGORO) – Kabupaten Bone Bolango belajar banyak dengan kehadiran Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) bersama para mitra.
Beberapa hal baru adalah mengelolah sampah menjadi rupiah, hingga upgrade kuliner local menjadi lebih naik kelas.
Hampir seminggu, pemerintah kabupaten Bone Bolango bersama mitra LTKL melakukan studi di Bone Bolango. Hasilnya luar biasa, ada inovasi yang hadir yang disampaikan LTKL bersama para mitranya, termasuk rencana pembangunan rumah singgah sampah.
Hal ini terungkap dalam konfrensi pers, di Bandayo Bupati Bone Bolango, pekan lalu. Apalagi berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bone Bolango, Bone Bolango menghasilkan rata-rata 1.723 ton sampah per tahunnya.
Bupati Bone Bolango Hamim Pou mengatakan, dengan rencana pembangunan desa wisata, ada potensi kenaikan produksi sampah di Bone Bolango. Maka dari itu, Pemda berupaya secara aktif menciptakan sistem pengelolaan sampah yang tepat dan dapat dikelola secara mandiri oleh desa.
“kita perlu pastikan bahwa Bone Bolango siap menerima wisatawan tanpa khawatir akan timbulan sampah yang dapat merusak lingkungan,” ujar Hamim.
Sehingga itu, Bupati Bone Bolango dua periode ini mengapresiasi program rumah singgah sampah ini. Menurut Hamim, hingga sekarang ini, sampah masih terus menjadi permasalahan lingkungan.
“saya kira kerja sama ini sangat menarik dan inspiratif untuk kita tiru dan diterapkan di Bone Bolango yang semuanya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,” tutur Hamim.
Sementara itu, Koordinator Paredice, Rendy Aditya Wachid yang juga mitra LTKL mengatakan alasan dipilihnya Bone Bolango sebagai tempat pembuatan rumah singgah sampah, karena komitmen Pemda yang terus menjaga kelestarian lingkungan.
“sebagai salah satu anggota LTKL, Bone Bolango sudah banyak sekali melakukan gebrakan, ada 17 penghargaan yang berhasil diraih dalam SIPP dan kami mendukung itu,” katanya.
Rendy mengungkapkan program yang akan dibuat dalam waktu dekat di Kabupaten Bone Bolango adalah mendirikan rumah singgah sampah yang dibuat dari material yang akan dikumpulkan dari pesisir laut.
“kami akan buat di Kecamatan Kabila Bone yang nantinya menjadi pusat studi untuk masyarakat yang akan berkunjung ke tempat itu, ungkap Rendy, sembari berharap program ini untuk terus disuarakan ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga bisa berjalan dengan maksimal dan menjadi contoh untuk Kabupaten lain di Indonesia. (awal-46)