GorutOpening

Dihadapan Wamen ATR/BPN, Thariq Paparkan Potensi Gula Aren Atinggola

165
×

Dihadapan Wamen ATR/BPN, Thariq Paparkan Potensi Gula Aren Atinggola

Sebarkan artikel ini

GORUT (RAGORO) – Wakil Bupati Gorontalo Utara (Wabup Gorut), Thariq Modanggu yang hadir pada rapat koordinasi Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi Gorontalo, Kamis (15/7) kemarin, di Hotel Aston, Kota Gorontalo, menyampaikan potensi gula aren Atinggola.

Seperti diketahui, rapat dengan tema strategi percepatan penataan aset melalui penyelesaian konflik agraria di lokasi eks HGU, pelepasan kawasan hutan dan transmigrasi yang disertai penataan aset untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarakat itu dilaksanakan BPN Provinsi Gorontalo secara zoom meeting dengan pihak Kementerian ATR/BPN, yang dipimpin Wakil Menteri ATR/BPN, Surya Tjandra.

Mewakili Bupati Gorut, pada kesempatan itu, Thariq memberikan gambaran mengenai potensi gula aren di Gorut.

Di mana, sebelumnya Wabup bersama Kakanwil dan jajaran BPN Gorontalo sudah sempat meninjau lokasi produksi gula aren di Atinggola serta produksi rumput laut di Ponelo Kepulauan.

Kunjungan itu juga bagian dari persiapan rencana kunjungan Wamen ATR/BPN ke Gorut.

“Berdasarkan kunjungan lapangan kemarin, ternyata bahwa ada 31 kelompok masyarakat kami yang mengelola gula aren di ujung Kabupaten Gorut yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Utara, dan itu ternyata berada di kawasan hutan. Nah, ini yang ingin kami sampaikan kepada Pak Wamen solusinya seperti apa,” tutur Thariq Modanggu.

Memang disampaikannya, bahwa dalam diskusi yang berkembang saat peninjauan, soal kemungkinan kelompok-kelompok itu menjadi binaan untuk sertifikasi.

“Apalagi sebagian besar mereka berada di kawasan hutan berdasarkan kunjungan kami,” imbuhnya.

Olehnya pada kesempatan itu, atas nama Pemkab Gorut, Thariq pun meminta solusi soal aset termasuk akses bagi kelompok.

Di mana, pihak Pemkab tengah berupaya agar para kelompok itu, dalam pengelolaan gula aren Atinggola yang memang telah terkenal luas di masyarakat Gorontalo mendapat kepastian.

“Karena pengelolaannya juga secara tradisional tidak menggunakan bahan pengawet, tetapi menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam. Sehingga tidak beresiko dari sisi efek samping,” ungkapnya. (RG-56)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *