Bupati Gagas Berbahasa Gorontalo di Setiap Jumat bagi OPD

177
ADV
10
{"remix_data":[],"remix_entry_point":"challenges","source_tags":["local"],"origin":"unknown","total_draw_time":0,"total_draw_actions":0,"layers_used":0,"brushes_used":0,"photos_added":0,"total_editor_actions":{},"tools_used":{},"is_sticker":false,"edited_since_last_sticker_save":false,"containsFTESticker":false}

KABGOR – Ide brilian Bupati Gorontalo Sofyan Puhi kembali bakal dicanangkan untuk setiap hari Jumat agar menggunakan (membiasakan) bahasa Gorontalo dalam beraktivitas dilingkungan pemerintahan.

Hal itu disampaikannya saat menutup Festival Tunas Bahasa Ibu yang digagas Dikbud Kabupaten Gorontalo di Taman Budaya Limboto, samping Rumah Adat Banthayo Poboide, Sabtu malam (18/10/25).

Membiasakan menggunakan bahasa Gorontalo ini oleh Bupati dalam rangka untuk melestarikan bahasa Gorontalo sebagai bahasa ibu yang dikhawatirkan punah terkikis jaman.

” Dari 11 warisan tak benda. Ada bahasa daerah disana (Atinggola Suwawa). Dan intinya itu untuk menjaga kelestarian bahasa daerah,” ucap Bupati.

Sehingganya ini harus menjadi perhatian kita, harus mengambil peran untuk menjaga bahasa Gorontalo didaerah kita sendiri.
” Sesama Kadis harus saling melaporkan, siapa kadis yang tak berbahasa Gorontalo, ada denda. Dan itu masuk di kotak stunting disetiap dinas,” ucapnya.

Pemerintah juga kata Bupati kini masih menunggu hasil koordinasi dengan Kementrian Pendidikan, kiranya bahasa Gorontalo akan kembali ke kurikulum sekolah.

” Kita akan buatkan Perbup kembali, mengembalikan mata pelajaran kurikulum Mulok bahasa Gorontalo disemua sekolah. Kalau perlu mata pelajaran ini menjadi perhatian khusus bagi siswa yang mau tamat. ” Ujar Bupati yang malam itu melantik guru pengajar bahasa ibu, bahasa Gorontalo.

Bupati juga berpesan, untuk setiap MC pembawa acara, kalau bisa harus menggunakan dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Gorontalo.

Intinya bahasa ibu, bahasa Gorontalo harus kembali muncul. Kita harus wajib melestarikan. Tidak perlu malu atau gengsi. Karena ini merupakan nilai yang cukup tinggi nilainya disetiap daerah. Bahasa daerah adalah warisan nenek moyang.

” Kadang kita malah berbahasa campur dengan bahasa daerah tetangga tambah bahasa Indonesia. Padahal kita mempunyai bahasa daerah sendiri, bahasa Gorontalo. Untuk itu saya mengajak kita semu mari mencintai bahasa Gorontalo,” tandasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *