Headlines

Radikalisme: Masalah Agama atau Sosial ?

106
×

Radikalisme: Masalah Agama atau Sosial ?

Sebarkan artikel ini

Penulis : FEREL ALCALIVA

RADIKALISME sering kali dihubungkan dengan tindakan ekstrem yang dilakukan atas nama agama. Namun, banyak pakar berpendapat bahwa akar dari radikalisme tidak hanya bersumber dari ajaran agama, tetapi juga dari masalah sosial yang lebih luas. Dalam artikel ini, kita akan membahas dua perspektif ini, memberikan contoh nyata, serta mencantumkan pemikiran beberapa tokoh dan sumber yang relevan.

Pengertian Radikalisme

dapat didefinisikan sebagai paham yang menginginkan perubahan sosial yang cepat dan sering kali dengan cara kekerasan. Paham ini dapat muncul dalam berbagai konteks, termasuk politik, agama, dan ideologi.

Radikalisme Berbasis Agama.

Salah satu contoh radikalisme berbasis agama dapat dilihat dalam gerakan ekstremis seperti ISIS. Organisasi ini menggunakan narasi agama untuk merekrut anggota dan membenarkan tindakan kekerasan. Mereka mengklaim bahwa perjuangan mereka adalah untuk menegakkan syariat Islam, meskipun banyak ulama dan cendekiawan Muslim menolak interpretasi tersebut sebagai penyimpangan dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Pemikiran Tokoh

Menurut Noam Chomsky, seorang linguistik dan aktivis sosial, banyak radikalisasi tidak bertindak semata-mata karena keyakinan agama, tetapi juga sebagai respons terhadap ketidakadilan sosial dan ekonomi. Dalam bukunya, Hegemony or Survival, Chomsky menekankan pentingnya konteks sosial yang melatarbelakangi radikalisasi.

Radikalisme Berbasis Sosial

Di sisi lain, radikalisme juga sering kali muncul dari masalah sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan marginalisasi. Contoh nyata dari ini adalah gerakan Black Lives Matter di Amerika Serikat, yang meskipun tidak selalu dihubungkan dengan kekerasan, menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap ketidakadilan sosial dapat mengarah pada tindakan radikal.

Pemikiran Tokoh

Amartya Sen, ekonom dan pemenang Nobel, dalam bukunya Development as Freedom, berargumen bahwa kemiskinan dan ketidakadilan sosial adalah faktor utama yang dapat mendorong individu ke arah tindakan radikal. Sen menyatakan bahwa untuk mencegah radikalisasi, penting untuk mengatasi akar penyebab ketidakpuasan sosial.

Contoh Kasus :

1. Gerakan ISIS: Menyebarkan ideologi radikal yang mengklaim otoritas religius untuk membenarkan tindakan kekerasan dan terorisme.

2. ⁠Gerakan Black Lives Matter: Memperjuangkan hak asasi manusia dan melawan kekerasan polisi terhadap komunitas kulit hitam. Meski sebagian tindakan radikal muncul, gerakan ini pada dasarnya berakar dari ketidakadilan sosial.

3. ⁠Konflik di Timur Tengah: Banyak konflik di kawasan ini dipicu oleh masalah sosial, seperti ketidakadilan ekonomi dan politik, meskipun sering kali dikaitkan dengan identitas agama.

Kesimpulan

Radikalisme adalah fenomena kompleks yang tidak dapat dipahami hanya dari satu perspektif. Baik faktor agama maupun sosial memainkan peran penting dalam proses radikalisasi. Penting untuk menggali lebih dalam dan memahami konteks di balik tindakan radikal agar upaya pencegahan yang tepat dapat dilakukan. Dalam banyak kasus, pendekatan yang holistik—yang menggabungkan dialog inter-religius dan upaya sosial-ekonomi—dapat menjadi kunci untuk mengatasi masalah ini.

Daftar Pustaka

1. Chomsky, N. (2003). Hegemony or Survival: America’s Quest for Global Dominance. Metropolitan Books.

2. Sen, A. (1999). Development as Freedom. Knopf.

3. Berbagai artikel dan laporan tentang radikalisasi dari lembaga penelitian seperti Institute for Economics and Peace dan RAND Corporation.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *