GORONTALO (RAGORO) – Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel menerima para rektor dari seluruh perguruan tinggi swasta di Gorontalo. Kedatangan para rektor yang tergabung dalam Aptisi itu untuk menyampaikan aspirasi mereka terkait tempat magang bagi para mahasiswa, laboratorium kesehatan dan juga biaya kuliah.
Para rektor diterima Rachmat Gobel di lantai empat Gedung Nusantara III, DPR RI. Hadir juga Prof Syamsu Qamar Badu (mantan rektor Universitas Negeri Gorontalo) dari Persaudaraan Dosen Republik Indonesia (PDRI) Gorontalo dan Elnino M Husein Mohi, anggota DPR RI dari Partai Gerindra yang juga dari Gorontalo.
Selain itu, hadir pula Rustam Akili, staf khusus Rachmat Gobel. Hadir pula Rektor Universitas Gorontalo Sofyan Abdullah, Rektor Universitas Bina Mandiri Titin Dunggio, Rektor Universitas Bina Taruna Ellys Rachman, Ketua Stikes Baktara Hartati Inaku, Wakil Rektor Universitas Gorontalo Dikson Yunus, Wakil Rektor Universitas Pohuwato Haris Hasan, Ketua Dewas Universitas Gorontalo Robby Hunawa, Ketua Yayasan Bina Taruna Sri N Rachman, dan Ibrahim Ahmad dari Aptisi Gorontalo.
Mereka dipimpin Ketua Aptisi Gorontalo Azis Rachman. Pada kesempatan itu, Azis menyampaikan di Gorontalo terdapat 11 perguruan tinggi swasta dengan 87 program studi dan 18 ribu mahasiswa. “ada banyak yang ingin kami sampaikan tentang permasalahan pendidikan tinggi di Gorontalo,” kata Azis.
Pada kesempatan itu, Azis menyampaikan bahwa pendidikan tinggi di Gorontalo membutuhkan mitra untuk menjadi tempat magang mahasiswa. Selain itu, sekitar 40 persen mahasiswa di Gorontalo terhambat pada biaya pendidikan.
Sedangkan Hartati Inaku menyampaikan bahwa dunia pendidikan tinggi di Gorontalo membutuhkan laboratorium kesehatan untuk pendidikan mahasiswa kesehatan. Adapun Titin Dunggio menyampaikan pentingnya Gorontalo sebagai destinasi wisata.
Terhadap semua aspirasi itu, Gobel menyampaikan akan meneruskannya ke komisi-komisi terkait agar bisa mendapat respons yang baik. Namun Rachmat mengingatkan, Gorontalo harus punya konsep sendiri sesuai dengan kondisi dan potensi serta rencana Gorontalo, juga harus membangun kemandirian.
Pada kesempatan itu, pelabuhan Internasional yang akan dibangun di Gorontalo dengan biaya Rp1,4 T tidak saja akan menjadi pintu ekspor, tetapi juga akan menyerap 100 ribu tenaga kerja. Di sini peran strategis dunia pendidikan dalam menyongsong masa depan Gorontalo.
Gorontalo harus menjadi lumbung pangan dan dunia pendidikan harus sejalan dengan kondisi di wilayahnya serta rencana pengembangannya. Pada kesempatan itu, Rachmat Gobel juga memaparkan potensi Gorontalo yang menurut dia memiliki tanah yang subur dan saat ini Gorontalo menjadi salah satu sentra penghasil jagung di Indonesia.
Selain itu, Gorontalo berada di Teluk Tomini yang dikenal memiliki kekayaan laut, khususnya ikan tuna yang menjadi komoditas ekspor. Gorontalo juga berada di pesisir Laut Sulawesi, menghadap ke Filipina, Tiongkok, Korea, Taiwan, Hongkong, Vietnam, dan Jepang. Karena itu Gorontalo memiliki dua pelabuhan, yaitu pelabuhan yang menghadap di dua sisi tersebut. “sekarang sedang dikembangkan Pelabuhan Anggrek yang menjadi pelabuhan internasional, ini menjadi pintu ekspor,” ungkapnya.
Pengembangan ini menelan investasi Rp1,4 triliun dan akan menyerap 100 ribu tenaga kerja karena terintegrasi sebagai kawasan ekonomi khusus pangan. Lebih lanjut Gobel mengajak dunia pendidikan tinggi di Gorontalo untuk mengembangkan diri dan menjadi bagian dari pengembangan masa depan Gorontalo tersebut.
Saat ini Gorontalo masih menjadi salah satu Provinsi termiskin di Indonesia. Semua pihak harus tergerak untuk mengubahnya menjadi salah satu Provinsi termakmur melalui ekonomi pangan dan kemajuan pendidikan.
Jadi, selain menjadi lumbung pangan, Gorontalo juga harus menjadi pusat pendidikan di Indonesia timur. “saya mengajak dunia pendidikan di Gorontalo untuk melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi di luar yang lebih maju seperti di Jepang dan Turki,” katanya. (LaAwal-46)