SELAIN berkonsultasi ke Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI, jajaran Komisi II Deprov, yang dipimpin langsung Ketua Komisi-nya, Espin Tulie, melakukan pengawasan lanjutan akan penerapan minyak goreng (MG) Satu Harga, dengan meninjau pemberlakuannya di sejumlah pasar-pasar tradisional yang tersebar di provinsi Gorontalo. Seperti di pasar mingguan Pulubala dan pasar Limboto. Dari peninjauan tersebut, Komisi II menemukan jika ternyata MG jenis curah atau lokal dibuat masyarakat, sudah ada pedagang yang mengikuti penerapan Harga Eceran Tertinggi (HET) oleh pemerintah. “Sepanjang pengamatan kami (Komisi II) di pasar-pasar tersebut, untuk minyak kelapa atau minyak goreng curah, cukup tersedia diperjualbelikan. Bahkan, harganya sudah mengikuti HET yang ditetapkan pemerintah,” ungkap Espin Tulie. Tidak hanya di pedagang lapak atau kaki lima, dalam kunjungan lapangan tersebut, jajaran Komisi II turut menyasar toko-toko kelontong di sekitar pasar, guna mengetahui penjualan harga MG kemasan. “Dimana, di salah satu toko kelontong, kami (Komisi II) mendapati penjualan minyak goreng kemasan, sudah habis. Yang menurut pemilik toko, dikarenakan memang ada pembatasan dari agen, hanya seminggu sekali pendistribusiannya, dengan 3 (tiga) karton dari order biasa-nya hingga 10 karton,” jelas Espin. Olehnya, srikandi PDIP ini, menegaskan bahwa tidak benar isu kelangkaan minyak goreng di masyarakat. “Mungkin masyarakat agak panik akan ada kelangkaan minyak goreng, apalagi menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran. Padahal sesungguhnya (ketersediaan) minyak goreng ini, ada dan cukup tersedia. Buktinya, di pasar tradisional tersedia dan bahkan tidak dibatasi pembeliaannya, kecuali minyak goreng kemasan yg disubsidi pemerintah,” terang dia. “Untuk itu, kami (Komisi II) bermaksud masih akan menindaklanjuti terkait pemenuhan kebijakan minyak goreng dari pemerintah ini, dengan akan mengunjungi perusahaan yang menjadi agen minyak goreng kemasan untuk wilayah provinsi Gorontalo,” pungkasnya. (ayi)
MG Curah Tersedia di Pasar Tradisional
