KabgorKabgor Pemkab

Bangga Dengan Jiwa Patriot Pahlawan Gorontalo, Nelson: Kita Merdeka Sebelum Merdeka

265
×

Bangga Dengan Jiwa Patriot Pahlawan Gorontalo, Nelson: Kita Merdeka Sebelum Merdeka

Sebarkan artikel ini
Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo mengajak kita semua agar terus bangga menjadi warga Gorontalo. Sebab kita merdeka sebelum Merdeka dengan jiwa patriotisme pahlawan daerah. (Foto:dok)

KABGOR – Patriotisme di era saat ini adalah pikiran, kepedulian dan tindakan nyata. Patriotisme dalam arti dan definisinya, adalah kecintaan terhadap bangsa dan negara. Itu artinya, cinta tanpa tindakan adalah kepalsuan. Cinta harus dibuktikan, diaktualisasikan dan dimanifestasikan secara ikhlas.

Itulah sekelumit ungkapan Bupati Gorontalo Prof. Nelson Pomalingo, terkait peringatan Hari Patriotik 23 Januari 1942 yang diperingati oleh masyarakat Gorontalo setiap tahunnya.

Peringatan Hari Patriotik 23 Januari, ungkap Bupati alumnus Lemhanas 2009 ini, sejatinya menjadi sumber rujukan dan inspirasi Gorontalo.

Oleh karena itu, menurt Prof. Nelson, peringatan Hari Patriotik tidak cukup dengan hanya merayakannya melalui kegiatan seremonial, tapi yang terpenting adalah pemaknaan terhadap heroisme, persatuan dan semangat perjuangan rakyat Gorontalo yang dipimpin oleh Pahlawan Nasional Nani Wartabone 80 tahun silam.

Dalam konteks masa depan Gorontalo dan dalam perspektif ke-Indonesiaan, Hari Patriotik 23 Januari urai mantan Ketua PGRI Provinsi Gorontalo ini, sejatinya menjadi inspirasi Gorontalo untuk tampil menjadi Pelopor terbangunnya rasa Nasionalisme dan terwujudnya Indonesia yang maju.

Hal itu tidak berlebihan, karena secara historis fakta berbicara, bahwa Indonesia belum merdeka atau belum memproklamasikan kemerdekaannya, justru Gorontalo sudah memproklamasikan kemerdekaannya untuk Indonesia.

Itu artinya menurut Prof. Nelson, esensi dari peringatan hari patriotik adalah mengajarkan tentang kepeloporan “Dari Gorontalo untuk Indonesia”. Prof. Nelson menegaslan, peristiwa patriotik 23 Januari adalah manifestasi heroisme dan ungkapan nasionalime Gorontalo, merdeka sebelum merdeka tanpa darah dan airmata.

Selaku Ketua Dewan Pembina Presnas Center, Prof. Nelson mencontohkan, semangat pelaksanaan Silatnas III pada Juni 2021 lalu yang dilaksanakan oleh Presnas Center dengan mengusung tema Gorontalo Emas 2045, adalah sebuah kepeloporan Gorontalo untuk Indonesia.

Mengapa? Karena Gorontalo merupakan daerah pertama dan satu-satunya di Indonesia yang sudah terdepan menggelorakan cita-cita Indonesia Emas 2045.

Ke depan, semangat kepeloporan dari Gorontalo untuk Indonesia ini, semoga akan terus teraktualisasikan secara konkrit dalam proses melahirkan ide, gagasan dan terobosan untuk Indonesia.

Selain itu menurut Prof. Nelson, Hari Patriotik 23 Januari 1942 menjadi inspirasi bagi Gorontalo untuk bersatu. Mentalitas saling menjatuhkan atau “Tutuhiya”, “Hihita”, Mohihiya da mentalitas resistensi kemajuan lainnya, seperti manuver-manuver politik tidak sehat, bukan zamannya lagi ditonjolkan, melainkan semangat persatuan, “Mo’awota, modudula, mohuyula, saling bergandengan tangan untuk mopolayi’o Lipu atau membangun Gorontalo Unggul, seyogianya terus dipupuk dan diaktualisasikan di bumi Gorontalo.

Tidak hanya itu saja, Hari patriotik 23 Januari sebagaimana kata “patriotik’ yang dimaknai sebagai kecintaan, maka peringatan Hari Patriotik merupakan mometum yang mengandung ibrah dan pengajaran kepada siapapun orang Gorontalo, untuk mengaktualisasikan cinta untuk Gorontalo dengan sungguh-sungguh.

Cinta butuh bukti bukan janji, cinta berbicara tentang dedikasi, loyalitas atau kesetiaan. Cinta juga butuh perjuangan, pengorbanan, kerja keras, ketulusan dan keikhlasan.

Patriotisme urai Prof. Nelson adalah panggilan kepada siapapun orang Gorontalo untuk berbakti, bekerja, berkarya dan terus bergerak untuk mengabdi tanpa batas.

Peringatan hari patriotik 23 Januari dengan demikian, menjadi momentum penting untuk merenung, menelaah dan berbenah untuk Gorontalo dan demi Indonesia.

Karena sesungguhnya, ungkap Prof. Nelson, Gorontalo dan Indonesia hari ini masih tetap menghadapi musuh yang tak berwujud, namun sangat berbahaya yang bernama kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.

Gorontalo dan di Indonesia pada umumnya, juga menghadapi tantangan berat tentang mulai runtuhnya nilai-nilai kearifan budaya lokal dan budaya ke-Indonesiaan.

Semua itu menyuguhkan realitas, bahwa Gorontalo ke depan membutuhkan konsep dan resolusi konstruktif yang berawal dari individu-individu Gorontalo yang terus bertransformasi menjadi kesadaran kolektif ber-Gorontalo secara elegan. Selamat memperingati Hari Patriotik 23 Januari.”

Dengan semangat Hari Patriotik kali ini, menjadi Inspirasi bagi kita mewujudkan Gorontalo Unggul dan berdarah saing.(RG.53-AM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *