KAMPUS (RAGORO) – Universitas Gorontalo (UG) dan Balai Arkeologi (BALAR) Sulawesi Utara (Sulut), Selasa kemarin (26/10) sepakat untuk melakukan penandatanganan MoU. Proses penandatanganan MoU ini dilakukan langsung oleh Rektor UG, Dr. Ibrahim Ahmad, SH.,MH didampingi Wakil Rektor III, Dr. Dikson Junus dan Dekan Fakultas Teknik (FATEK), Dr. Muhammad Ramdhan Olii, S.T.,M.Eng di Auditorium Kampus UG. “Kami harap kedepan UG dan BALAR dapat menjalin kerjasama di bidang penelitian dan pengabdian masyarakat,” ungkap Rektor.
Sesuai pantauan awak media, penandatanganan MoU ini dilakukan disela-sela kegiatan Kuliah Umum Fakultas Teknik UG dengan tema Arsitektur Nusantara “Jejak Warisan Arsitektur Austronesia di Sulawesi dan Tinggalan Arsitektur Benteng Kota Mas”.
Kegiatan ini lahir atas ide program studi (Prodi) Arsitektur bekerjasama dengan Kepala BALAR Sulut. “Tema ini diangkat atas dasar kesadaran sejarah peradaban terhadap perkembangan arsitek. Sebab secara linguistik dan genetik, bangsa Austronesia menyebar ke seluruh wilayah daratan dan kepulauan Asia Tenggara hingga ke Madagaskar, Selandia Baru, Eastern Island dan Hawai,” ungkap Dekan Fakultas Teknik UG, Dr. Muhammad Ramdhan Olii, S.T.,M.Eng.
Mereka, lanjutnya, memiliki kedekatan dalam kebahasaan, bahkan kebudayaan. Malayo-Polynesia Barat merupakan salah satu sub kelompok keluarga bahasa Austronesia yang terletak di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Sulawesi. Rumah-rumah vernakular dan tradisional merupakan hasil dari sebuah peradaban dan budaya lokal di wilayah ini.
“Sejatinya, arsitektur merupakan bahasa yang diimplementasikan dalam desain bentuk. Karena kedekatan bahasa dalam satu kelompok keluarga, kedekatan karakteristik arsitektural cenderung memiliki kemiripan.
Pada prinsipnya arsitektur menyampaikan sebuah konsep pesan dalam desain, desain memiliki makna dan tanda (simbol) yang ditransmisikan dalam konsep ruang, konsep bentuk bangunan, dan langgam.
Sebuah bangunan adalah artefak budaya atau konstruksi sosial, yang merupakan produk kolektif sebuah populasi yang memiliki konteks budaya, pola sosial, dan gaya hidup dari periode di mana bangunan dibangun,” terangnya.
Kegiatan kuliah umum ini dimoderatori oleh Yohanes P. Erick A., S.T., M.Sc. yang merupakan Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Gorontalo. Adapun pemateri dalam kegiatan ini antara lain, Drs. Iksam, M.Hum yang merupakan Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi Sulawesi Tengah dan juga bekerja di Museum Provinsi Sulawesi Tengah.
Pemateri kedua ialah Irna Septaningrum, S.S., M.Hum yang merupakan Peneliti Balai Arkeologi Sulawesi Utara. Peserta yang mengikuti kegiatan ini terdiri dari berbagai kalangan, baik dari dalam maupun luar kampus Universitas Gorontalo. Diharapkan dari kegiatan ini masyarakat dan mahasiswa dapat memahami lebih dalam mengenai sejarah dan arsitektur tinggalan Austronesia yang ada di Gorontalo.