KABGOR – Lika-liku pasangan calon untuk saling berpasang-pasangan sempat menjadi pemandangan jelang pendaftaran Pilgub kemarin.
Katanya sudah pasti, tapi nyatanya diujung berubah. Katanya dengan si A ternyata dengan si B jadinya. Bahkan yang katanya tidak, akhirnya harus bersama.
Tapi tidak dengan Nelson Pomalingo-Kris Wartabone. Sejak baliho besarnya terpampang dijalan utama. Pantang bagi kedua tokoh ini mengkhianati pembicaraan.
Bisa dihitung, baliho besar itu sudah cukup lama terpasang. Orang juga khawatir, jangan sampai tidak jadian. Namun itu dibuktikan oleh keduanya. ‘Komit dan tidak baku tinggal,’
” Saya tetap dengan pak Kris. Komunikasi sudah kami bangun sejak lama. Kalau mau diganti pasangan. Saya tidak ingin. Saya sudah komitmen, ” tegas sang Pejuang Pembentukan Provinsi Gorontalo itu.
Seakan satu nafas dengan Prof. Nelson. Komitmen itu juga ada pada Kris Wartabone. Bagi cucu Alm. Nani Wartabone itu meski ditinggalkan partainya, dia tetap membawa semangat nasionalis perjuangan yang menjadi nafas partai itu.
” Sampai saat ini saya masih ketua PDIP. Karena saya ada disini karena perintah partai. ” Ujarnya.
Dan dengan itu pula, Kris tak mau mengkhianati komitmennya dengan Prof. Nelson. Sebab sebagai cucu dari seorang pejuang Gorontalo, menjaga marwah nilai sebuah komitmen itu, maka dirinya tetap meyakinkan Prof. Nelson untuk tetap bersama.
” Saya diajarkan, diamanatkan oleh orang tua saya. Ketika sudah berucap, maka pegang teguhlah ucapan itu. Karena itulah saya terus bersama pak Prof. Nelson. Karena sebuah komitmen, ” Tegas Kris. (*)