KAMPUS (RG.COM) – Siapa yang tidak kenal kue serabi. Di Gorontalo dan sekitarnya, kue ini dikenal dengan nama Apang Colo. Berbahan dasar tepung beras, santan kelapa dan garam.
Bagaimana jadinya jika kue tradisional Indonesia itu dikreasikan dengan campuran surimi ikan (bahan makanan yang dilumatkan).
Seperti yang dilakukan beberapa dosen Fakultas Pertanian Universitas Gorontalo dengan menggelar pemberdayaan berbasis masyarakat berupa pelatihan dan pendampingan pembuatan Apang Colo campuran surimi ikan menjadi jajanan sehat pada masyarakat kelompok nelayan Desa Lopo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, Selasa (5/9).
Kue Apang Colo campuran surimi ikan ini dibuat bukan tanpa alasan. Selain mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. Hal pokoknya adalah sebagai salah satu upaya pencegahan stunting.
Kabupaten Gorontalo merupakan wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Gorontalo pada 2022, yakni mencapai 30,8%. Naik 2,5 poin dari prevalensi balita stunting daerah tersebut pada 2021 sebesar 28,3%.
Sehingga membutuhkan intervensi dan penanganan yang tepat terhadap faktor risiko kejadian stunting.
Rendahnya tingkat konsumsi ikan untuk anak-anak pada daerah penghasil ikan merupakan permasalahan yang kerap terjadi
Sebagaimana dijelaskan Dr. Nancy Kiayi, S.TP, M.Si selaku ketua tim.
Ia mengungkapkan, tujuan dasar pembuatan kue Apang Colo campuran surimi ikan ini, adanya kasus stunting di Desa Lopo.
“Ada kasus stunting di sana. Sementara jika dilihat dari potensi wilayahnya itu, di situ potensi perikanan. Banyak sumber daya ikan. Akan tetapi, kondisi yang ada, masih ada anak-anak di sana yang stunting. Bahkan Desa Lopo masuk daftar wilayah stunting di Gorontalo,” ungkap Dr. Nancy.
Di samping itu, kondisi ekonomi masyarakat di sana juga terbilang masih membutuhkan sentuhan dan dorongan untuk berkembang.
Berangkat dari hal tersebut, pihaknya kata Dr. Nancy, membuat sosialisasi bagaimana anak-anak di sana gemar makan ikan supaya tidak kekurangan protein.
Maka, dilakukan upaya diversifikasi pada produk pangan yang gemar dikonsumsi oleh anak-anak maupun keluarga.
Melalui diversifikasi pangan seperti menambahkan surimi ikan pada salah satu jenis makanan khas Gorontalo yaitu Apang Colo.
Sehingga dapat menjadi solusi untuk meningkatkan konsumsi ikan pada anak-anak ataupun keluarga.
“Melalui teknologi surimi ikan, rasa dan aroma amis ikan akan berkurang, sehingga ketika dicampurkan ke dalam apang colo tidak memberikan perubahan rasa yang signifikan dan tetap disukai oleh kalangan manapun,” paparnya.
Dijelaskan Dr. Nancy, tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pelatihan pembuatan surimi hingga aplikasinya pada apang colo, penerapan sanitasi dan hygiene pengolahan serta pendampingan komersialisasi produk.
Output dari pengabdian akan menghasilkan artikel ilmiah pada Jurnal nasional SINTA 3 (JPKM Unimed), publikasi media massa cetak/online Rakyat Gorontalo, video pelaksanaan kegiatan, dan produk apang colo surimi.
“Di samping itu, output tambahan berupa hak cipta dan buku ISBN (Mitra Cendekia Media),” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan Dr. Nancy, melalui kegiatan ini, diharapkan dapat berkontribusi dalam menciptakan peluang usaha baru pada kelompok masyarakat nelayan secara mandiri mampu memproduksi dan memasarkan produk tersebut.
“Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mendukung ketersediaan pangan protein yg murah bagi masyarakat,” pungkasnya. (RG-56)