Universitas Gorontalo

Kuliah Pakar tentang Stunting, FKM UG Hadirkan Prof Atja Guru Besar Unhas

361
×

Kuliah Pakar tentang Stunting, FKM UG Hadirkan Prof Atja Guru Besar Unhas

Sebarkan artikel ini
Kuliah Pakar yang diselenggarakan FKM UG menghadirkan narasumber Prof. Dr. dr. Abdul Razak Thaha, M.Sc, Sp.GK, guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM-Unhas). (Foto : 89_rg)

KAMPUS (RAGORO) – Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo (FKM-UG) menggelar kuliah pakar tentang Stunting, Kamis (4/5) kemarin.

Tak tanggung-tanggung, kuliah pakar yang dilaksanakan di Auditorium kampus UG, menghadirkan narasumber, Prof. Dr. dr. Abdul Razak Thaha, M.Sc, Sp.GK, guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM-Unhas).

Di kalangan akademisi, ikon pakar kesehatan di Indonesia, khususnya dalam bidang gizi itu biasa disapa Pro Atja.

Prof Atja memaparkan materi tentang peran dan tantangan Perguruan Tinggi dalam upaya percepatan penurunan stunting.

Ia menegaskan, upaya pencegahan dan penurunan angka stunting bukan hanya menjadi tugas semata bidang kesehatan.

“Justru kontribusi kesehatan itu hanya 30 persen untuk penanggulangan stunting ini,” jelasnya.

Sehingga, 70 persen menjadi tanggung jawab sektor lainya, seperti pertanian, pekerjaan umum dan lain sebagainya.

Sebagaimana dipaparkan Prof. Atja, ada dua intervensi dalam penanganan stunting. Intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

Intervensi gizi spesifik, yakni intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan.

Sementara intervensi gizi sensitif, yakni intervensi pendukung untuk penurunan kecepatan stunting, seperti penyediaan air bersih dan sanitasi.

“Itu sebagaimana tertuang dalam Perpres 72 tahun 2021,” imbuhnya.

Di awal pemaparan, Prof Atja menjelaskan, stunting terjadi karena tiga faktor. Pertama, stunting karena kekurangan gizi yang kronis. Kedua, infeksi berulang-ulang. Dan ketiga, karena stimulasi psikososial yang tidak memadai.

“Sehingga stunting itu bukan hanya urusan kesehatan dan gizi,” tukasnya.

Ia pun memaparkan kondisi prevalensi stunting di Indonesia. Di mana, stunting telah menjadi isu nasional sejak lama. Namun baru melakukan langkah intervensi sejak 2007 dan mulai terasa di 2013 hingga sekarang.

Ia mengungkapkan upaya konvergensi penanganan stunting yang menjadi strategi nasional merupakan buah pemikiran seorang Kepala Dinas P2KB di Kabupaten Banggai yang kini menjabat Kepala Dinas Kesehatan di Gorontalo, Dr. dr. Anang Samudera Otoluwa, MPPM.

“Dulu, penanganan stunting baru bersifat nasional, sekarang sudah berbasis daerah, bahkan terkini berbasis keluarga. Dan upaya konvergensi ini lahir dari seorang dr Anang,” ujarnya.

Prof Atja pun memuji-muji, mahasiswa S3-nya itu, sewaktu mengambil Program Doktor di Unhas.

“Bahkan, pemerintah lewat sekretariat kepresidenan waktu itu, sempat mengirim orang untuk membuktikan keberhasilan dr. Anang dalam penanggulangan stunting di Banggai. Dan itu memang benar. Sehingga, Banggai pada waktu itu menjadi percontohan nasional berkat dr Anang,” bebernya.

Selain mahasiswa, kuliah pakar itu dihadiri jajaran dosen dan karyawan di lingkungan FKM UG.

Hadir juga Rektor UG, Dr. Sofyan Abdullah, SP, MP yang didaulat membuka kegiatan. Kemudian Wakil Rektor 1 UG, Prof. Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE, MM dan Sekretaris Dewan Pengurus YPDLP Gorontalo, Rifai Ali, SKM, M.Kes.

Turut hadir Dr. dr. Anang Samudera Otoluwa, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. (RG-56)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *