Universitas Gorontalo

LPM UG Hadirkan Pakar dari L2Dikti Wilayah XVI dan Asesor LAMPT

336
×

LPM UG Hadirkan Pakar dari L2Dikti Wilayah XVI dan Asesor LAMPT

Sebarkan artikel ini

KAMPUS (RAGORO) – Lembaga Penjaminan Mutu Universitas Gorontalo (LPM-UG) menggelar workshop akselerasi persamaan persepsi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan sharing session, Rabu (22/2) kemarin.

Kegiatan yang dilaksanakan di Auditorium Universitas Gorontalo itu, menghadirkan dua narasumber, masing-masing Ketua Pokja L2Dikti Wilayah XVI, Akub Zainal Busura, SH, MH dan asesor LAMPT, Dr. dr. Made Nyandra, Sp.K.J, M.Repro, FIAS.

Kepala LPM UG, Franing Deisi Badu, SKM, M.Kes menjelaskan, workshop yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas penjaminan mutu pada tatanan siklus PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan) Standar Dikti.

“Khusus Pak Made Nyandra, beliau pernah menjabat sebagai ketua tim penjaminan mutu di Universitas Udayana dan alhamdulillah Universitas Udayana ini sebagai universitas terlengkap SPMI se- wilayah L2Dikti VIII,” ungkap Franing ketika diwawancarai.

“Jadi, beliau kita undang sebagai narasumber memberi materi untuk implementasi dari SPMI itu sendiri ditingkatan perguruan tinggi melalui siklus tatanan PPEPP,” sambungnya.

Franing mengaku, sebelum dilaksanakan workshop, pihaknya telah melaksanakan briefing atau pra workshop selama dua hari dan dihadiri oleh lembaga penjaminan mutu dan Unit Penjaminan Mutu (UPM) fakultas.

Di mana, di Universitas Gorontalo, untuk LPM memiliki personalia divisi akreditasi dan evaluasi, kemudian unit penjaminan mutu sebanyak 8 orang. 7 orang dari fakultas dan 1 orang dari pasca sarjana.

“Nah, tim ini yang menyelesaikan, menyelaraskan dokumen SPMI yang edisi revisi ketiga tahun 2023 ini,” jelasnya.

“Kita menyesuaikan dengan keterbaruan informasi dan juga ada masukan-masukan, termasuk dari Pak Made Nyandra kemarin diakreditasi, itu kita rampungkan dalam satu dokumen yang menghasilkan 60 standar mutu,” papar Deisi menambahkan.

Nah lanjut kata Deisi, dari 60 standar mutu itu, memuat 5 siklus PPEPP.

“Jadi, ada 5 manual mutu, yakni manual penetapan, manual pelaksanaan, manual evaluasi, manual pengendalian dan manual peningkatan mutu,” terangnya.

Lanjut dijelaskan Deisi, setelah ini, dokumen SPMI yang telah dirampungkan oleh UPM dan LPM diserahkan kepada rektor untuk dibahas ditingkatan senat, kemudian di SK-kan oleh yayasan atau badan penyelenggara.

“Jadi, setelah itu, kegiatan kami adalah sosialiasi ke tingkatan fakultas atau unit kerja, termasuk untuk dokumen SPMI dan selanjutnya ditindaklanjuti oleh UPM di fakultas masing-masing sebagai pengendali dari mutu itu, berdasarkan dari formulir mutu yang telah diselesaikan,” imbuhnya.

Sementara Wakil Rektor 1, Prof. Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE, MM yang hadir mewakili rektor berharap, workshop yang dilaksanakan untuk perbaikkan tata kelola, utamanya penjaminan mutu yang ada di Universitas Gorontalo, dalam hal ini mengenai SPMI.

“Nah, di sini kami memperbaiki secara internal penjaminan mutu yang ada, persiapan akreditasi-akreditasi prodi dan yang utama AIPT,” ujarnya.

Memang diakui Prof Meimoon, AIPT UG nanti tahun 2025, tapi tidak harus menunggu 2025 kemudian bergerak. Persiapannya harus dari sekarang.

“Karena data yang dibutuhkan adalah T-3. Jadi, sudah termasuk sekarang, bahkan tahun kemarin yang harus kami tata itu. Salah satunya SPMI ini yang akan menjadi pondasi bagi penjaminan mutu secara keseluruhan, internal di Universitas Gorontalo,” tandasnya.

Workshop itu dilaksanakan secara hybrid (daring dan luring) diikuti oleh dekan, kaprodi-kaprodi, UPM. Bahkan, dari luar kampus UG. (RG-56)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *