Kisah Remi, Mahasiswa UMGO
KAMPUS (RAGORO) – Remi Telenggen, mahasiswa Peternakan tahun 2015, Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO) ialah seorang Putra Papua yang tengah berjuang untuk menuntut ilmu di provinsi Gorontalo.
Remi yang merupakan Putra dari Pasangan Angginak dan Arinok tersebut menceritakan kisah pertama kalinya datang ke Kota Serambi Madinah.
Awalnya, kata Remi, ia datang bersama puluhan anak Papua untuk menimbah ilmu di Gorontalo. Dan dalam perjalanannya, Remi memutuskan untuk masuk UMGO atas arahan seniornya, yang juga sempat mengambil jurusan serupa di UMGO.
“Saya memutuskan masuk UMGO atas arahan senior, lalu mengambil jurusan peternakan,” ungkapnya.
Lanjut Remi, ada puluhan mahasiswa asal Papua yang kuliah di Kampus UMGO dengan jurusan berbeda-beda. Menurut dia, suasana kuliah di UMGO terasa sangat nyaman, ditambah para dosen yang bersahabat dan penuh toleransi.
Di UMGO, Remi bahkan dipercayakan Rektor untuk tinggal dan bekerja menjaga dan memilihara isi dari Laboratorium Terpadu Pertanian dan Peternakan milik kampus, baik itu Sapi, Kambing, Ayam Kur, Ayam Petelur, Ikan Lele, hingga Tanaman Buah.
Semuanya dirawat oleh Remi dan setiap pengunjung pasti akan ketemu dengan Remi. Ibarat Mbah Marijan, juru kunci Gunung Merapi, maka Remilah juru kunci Laboratorium Terpadu UMGO.
“Kepada para perantau dan teman-teman yang tengah berjuang di Gorontalo, ayo kuliah sambil bekerja untuk mengurangi beban orang tua di kampung,” harap Remi.
Sementara itu, Rektor UMGO, Prof. Dr. Abd. Kadim Masaong dalam kesempatan lain menyampaikan, bahwa menjadi mahasiswa UMGO bukan berarti semua akan di Muhammadiyahkan. Kampus ini, kata Kadim, punya
berbagai latarbelakang suku, ras dan agama.
“Disini, selain Islam, ada juga Kristen, Hindu dan Budha. Jadi moderasi beragama itu tertanam di UMGO, tidak cuman teori, tapi prakteknya langsung.
Begitupun di kampus-kampus Muhammadiyah lainnya, seperti Universitas Muhammadiyah Kupang, UNIMUDA Papua Barat, Universitas Muhammadiyah Papua, yang merajut persatuan tak sebatas slogan, tetapi pendidikan yang memajukan dan mempersatukan.
Demikianlah penjelasan dari Sekjen Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti kepada kami,” pungkas rektor. (rg-63/HMS)