PEMKOT (RAGORO)- Penurunan angka stunting di Kota Gorontalo juga mendapat perhatian tersendiri dari Bunda PAUD Kota Gorontalo Jusmiaty Taha Kiayi Demak.
Pasalnya, penanganan stunting kata Jusmiaty, sebagai bagian dari upaya Bunda PAUD untuk pencegahannya.
Olehnya itu, kegiatan PAUD di Kelurahan menjadi satu upaya untuk mencegah dan menangani stunting. “Upaya pencegahan (preventif) dilakukan saat anak usai 0 sampai 2 tahun.
Upaya kedua penanganan, mitigatif yang dilakukan anak usia 3 sampai 6 tahun dengan melibatkan sektor pendidikan dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting seperti ini disebut intervensi gizi sensitif, “ujar Jusmiaty dan juga selaku Ketua TP. PKK Kota Gorontalo, saat memberikan materi dalam kegiatan penguatan kapasitas PAUD Kecamatan dan Kelurahan, Rabu (15/9/21).
Lanjut, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia dibawah lima tahun (belita) akibat berkurang gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
1.000 HPK, yang dimaksud terhitung dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Menurutnya, anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada dibawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurannya.
Jusmiaty juga mengatakan, berdasarkan survey riskesdas 2019 menunjukkan angka stunting masih berada di angka 27,67 persen satu dari empat anak di Indonesia mengalami kondisi stunting.
“Mereka sangatlah membutuhkan dukungan tumbuh kembang agar juga dapat siap bersekolah. Dukungan ini, bisa didapatkan melalui pengasuhan di keluarga, maupun melalui berbagai kegiatan yang ada disaruan PAUD, “ucapnya.
Sebagai penggerak, Pokja Bunda PAUD, Jusmiaty berharap turut meningkatkan akses kelayanan PAUD yang berkualitas, bagi setiap anak usia dini.
“32,6 persen APK (Angka Partisipasi Kasar) anak, 66,5 persen usia lima hingga enam tahun ke atas di Kabupaten/kota dengan profesi 1 kelurahan 1 PAUD kurang lebiih 70 persen, “tukasnya.(tr11).